Pedagang Tanah Abang Ini Mengaku Hampir Menyerah, Sampai Ia Ubah Cara Mengatur Stok dan Uang Receh Harian

Pedagang Tanah Abang Ini Mengaku Hampir Menyerah, Sampai Ia Ubah Cara Mengatur Stok dan Uang Receh Harian

Cart 887.788.687 views
Akses Situs SENSA138 Resmi

    Pedagang Tanah Abang Ini Mengaku Hampir Menyerah, Sampai Ia Ubah Cara Mengatur Stok dan Uang Receh Harian

    Pedagang Tanah Abang Ini Mengaku Hampir Menyerah, Sampai Ia Ubah Cara Mengatur Stok dan Uang Receh Harian. Di kios kecilnya yang padat, ia berkali-kali merasa hari berjalan seperti dikejar-kejar: pembeli datang cepat, ukuran dan warna diminta berganti-ganti, sementara ia harus menjawab pertanyaan harga sambil menghitung kembalian. Yang membuatnya paling lelah justru hal yang tampak sepele, yaitu receh harian yang selalu “menghilang” entah ke mana dan stok yang sering terasa ada, tapi tidak ketemu saat dicari.

    Hari-Hari Ketika Stok Terasa Ada, Tapi Tidak Pernah Siap

    Ia bercerita, masalahnya bukan kurang barang, melainkan barang tidak tertata sesuai ritme lapak. Kardus menumpuk, plastik ukuran campur, dan catatan stok hanya berupa coretan di kertas yang mudah tercecer. Ketika pembeli minta warna tertentu, ia sering membongkar tumpukan sampai tangan pegal. Satu transaksi bisa melambat, pembeli berikutnya menunggu, dan peluang pun lewat begitu saja.

    Yang lebih menyakitkan, ia kerap baru sadar stok benar-benar habis saat ada permintaan tinggi. “Padahal minggu lalu saya merasa masih banyak,” katanya. Ia sempat menyalahkan pemasok, lalu menyalahkan dirinya sendiri, sampai akhirnya mengakui akar masalahnya: ia tidak punya cara sederhana untuk melihat stok yang benar-benar siap jual, bukan sekadar ada di kios.

    Receh Harian: Sumber Kebocoran yang Tidak Terlihat

    Receh bagi pedagang pasar bukan hal kecil. Di Tanah Abang, transaksi cepat dan nominal bervariasi membuat kembalian menjadi senjata utama. Ia mengaku sering mengambil receh dari kantong celana, dari laci, bahkan dari kaleng bekas, lalu menaruhnya di mana saja saat situasi ramai. Akibatnya, saat menghitung akhir hari, angka di kepala tidak pernah cocok dengan uang di tangan.

    Ia juga sering “meminjam” dari uang jualan untuk kebutuhan mendadak seperti parkir, makan, atau bayar angkut. Bukan karena boros, melainkan karena tidak ada pemisahan yang tegas. Kebiasaan itu menumpuk jadi kebocoran kecil yang membuatnya merasa bekerja keras tetapi hasilnya tidak terasa. Pada titik itu, ia hampir menyerah dan berpikir mungkin berdagang memang tidak cocok untuknya.

    Perubahan Pertama: Menata Stok Berdasarkan Kecepatan Laku

    Alih-alih menata barang berdasarkan kedatangan dari pemasok, ia mulai menata berdasarkan kecepatan laku. Barang yang paling sering diminta diletakkan di area paling mudah dijangkau, sementara barang yang jarang bergerak dipindah ke bagian belakang. Ia memberi label sederhana: kode warna dan ukuran dengan spidol tebal di kardus dan plastik luar, bukan hanya di nota.

    Ia juga membuat “zona siap ambil” di dekat meja transaksi. Isinya bukan semua stok, melainkan cadangan kecil untuk barang yang paling sering laku di jam ramai. Dengan cara ini, ia tidak perlu membongkar tumpukan saat antrean panjang. Ia mengaku terinspirasi dari kebiasaannya bermain game seperti Tetris, di mana penataan yang rapi membuat langkah berikutnya terasa lebih mudah. Bedanya, di kios, yang turun bukan balok, melainkan permintaan pembeli yang tidak bisa ditebak.

    Ritual 15 Menit: Catatan Stok yang Bisa Dipercaya

    Setiap sebelum buka, ia menyisihkan 10–15 menit untuk memeriksa tiga barang terlaris dan dua barang yang mulai menipis. Bukan stok lengkap, hanya titik-titik yang paling menentukan penjualan hari itu. Ia menulisnya pada satu buku kecil yang selalu berada di laci meja, tidak berpindah tempat. Catatannya dibuat dengan format yang sama setiap hari agar mudah dibaca saat terburu-buru.

    Di sore hari, ia melakukan cek singkat lagi, terutama untuk memastikan barang yang habis bisa dipesan sebelum besok. Ia tidak lagi menunggu sampai benar-benar kosong. Dengan kebiasaan ini, ia merasa punya kendali. Bukan karena ia menghitung semuanya, tetapi karena ia memantau bagian yang paling berpengaruh. Ia bilang, “Kalau tiga barang utama aman, napas saya juga aman.”

    Metode Receh: Tiga Kantong, Satu Aturan, Tanpa Negosiasi

    Untuk uang receh, ia menerapkan sistem tiga kantong: kantong kembalian, kantong pemasukan, dan kantong kebutuhan harian. Kantong kembalian diisi dari awal dengan nominal kecil yang sudah ditentukan. Kantong pemasukan hanya untuk uang hasil transaksi. Kantong kebutuhan harian berisi jumlah tetap yang ia ambil sekali saja di pagi hari, bukan berkali-kali sepanjang hari.

    Aturannya sederhana dan tidak bisa ditawar: uang dari kantong pemasukan tidak boleh dipakai untuk apa pun sebelum tutup. Kalau kebutuhan harian kurang, ia catat sebagai “utang pribadi” yang harus diganti besok pagi dari kantong kebutuhan, bukan dari uang jualan. Setelah beberapa hari, ia mulai melihat angka yang konsisten. Ia tidak lagi menebak-nebak, karena aliran uang punya jalur yang jelas.

    Dampak Nyata di Lapak: Lebih Cepat, Lebih Tenang, Lebih Terukur

    Perubahan itu tidak membuat kiosnya mendadak sepi masalah, tetapi membuat masalahnya terlihat dan bisa ditangani. Ia lebih cepat melayani karena barang terlaris selalu berada di zona siap ambil. Pembeli tidak menunggu lama, dan ia tidak kehilangan momentum saat jam padat. Ia juga lebih jarang salah ambil ukuran karena labelnya besar dan konsisten.

    Di sisi uang, ia merasa seperti baru pertama kali benar-benar mengetahui hasil kerja hariannya. Saat menghitung, ia tidak lagi pusing mencari receh yang tercecer. Ia bisa memisahkan mana laba, mana modal yang harus diputar, dan mana biaya harian. Baginya, kuncinya bukan trik rumit, melainkan kebiasaan kecil yang dilakukan setiap hari dengan disiplin, sehingga kios yang dulu terasa kacau kini berjalan dengan ritme yang lebih masuk akal.

    by
    by
    by
    by
    by

    Tell us what you think!

    We like to ask you a few questions to help improve ThemeForest.

    Sure, take me to the survey
    LISENSI SENSA138 Selected
    $1

    Use, by you or one client, in a single end product which end users are not charged for. The total price includes the item price and a buyer fee.